Thursday, August 24, 2006

Serba-Serbi Perkawinan Kaum Selebritis


Baru-baru saja artis terkenal Malaysia Siti Nurhaliza melangsungkan perkawinannya dengan seorang duda kaya raya yang umurnya 20 tahun di atasnya bernama Datuk Khalid. Sepertinya status duda si Datuk itu adalah "by constraint" karena ingin menikahi Siti, bukan karena sebab yang lain, sehingga ia rela membayar semacam uang ganti rugi ke mantan istrinya sekian milyar kalau dirupiahkan. Lebih lagi acara pernikahan yang sangat mewah dan menghabiskan biaya sekian milyar juga kalau dirupiahkan. Untuk mendapatkan seorang artis cantikdan terkenal macam Siti, si Datuk rela mengeluarkan sekian banyak uang.

OK, cerita di atas adalah fenomena di Malaysia. Terus bagaimana dengan artis2 di Indonesia? Bisa dikatakan setali tiga uang alias sama saja. Kita lihat mulai dari artis Dessy Ratnasari yang waktu itu umur perkawinannya dengan Pram seorang insinyur muda yang tidak terlalu kaya hanya beberapa bulan saja. Akhirnya Dessy menikah dengan seorang pengusaha kaya dari luar Jawa (?), meski suaminya tsb. seorang duda yang sudah tidak muda lagi. Kisah lain, yaitu artis Elma Theana juga bercerai dengan suaminya karena masalah harta, dimana penghasilan suaminya sudah tidak bisa lagi mencukupi kebutuhan2nya, dan akhirnya Elma menikah lagi dengan seseorang yang lebih kaya.

Kalau mau mengambil contoh yang lain lagi, misalnya artis Ulfa Dwiyanti yang rela menikah sampai 3 kali dengan alasan2 yang masih belum jelas, meski dugaan berkisar pada masalah harta (dan anak?). Isue terakhir juga ada keretakan pada rumah tangganya yang sekarang, meski sejak awal dia sudah menyadari bahwa penghasilan suaminya yang seorang pengusaha percetakan tsb. masih jauh di bawah penghasilannya sebagai seorang selebritis.

Kiranya masih cukup banyak contoh lain yang bisa diambil, tapi semua kisah yang ada berkesimpulan bahwa dunia artis atau selebritis tidak bisa dipisahkan dengan apa yang namanya uang dan harta benda. Sepertinya cinta seorang artis bisa "dibeli" dengan harta benda, jadi kebanyakan hanya pengusaha kaya raya yang sanggup mengawini seorang artis. Mana ada artis yang mau menikah dengan seorang PNS, seperti seorang dosen atau peneliti, kecuali dengan seorang pejabat negara atau anggota DPR RI. Kalau di luar negeri memang banyak artis yang menjalin hubungan asmara dengan olahragawan terkenal misalnya pesepak bola. Tapi kalau diIndonesia sepertinya hanya pebulutangkis Taufik Hidayat yang punya nyali berhubungan asmara dengan beberapa artis ibukota. Itu wajar, karena Taufik adalah olahragawan level dunia yang sering dapat bonus banyak atas prestasi2 yang diraihnya.

Jadi, apa yang sebenarnya dicari oleh para artis dan selebritis tersebut? Kenikmatan dunia yang hanya sesaat? Terus...makna cinta macam apa yang hanya dilandasi oleh harta benda? Tahu ah.....gelap.....

Sunday, August 20, 2006

Mungkinkah Menghentikan Aliran Lumpur Panas di Porong, Sidoarjo?


Ada seorang rekan yang berangan-angan menyumbat sumur yang menyemburkan lumpur di Sidoarjo memakai blok beton berbentuk topi sombrero terbalik. Menurutnya prosesnya seperti menyumbat botol dengan gabus. Blok betonnya dipasang menggunakan pesawat helikopter atau chinook yang paling kuat. Tinggal dihitung saja berapa berat blok beton yang dibutuhkan berdasarkan besarnya tekanan, diameter lubang. Kalau berat blok beton yang dibutuhkan lebih besar dari kemampuan pesawat mengangkatnya jatuhkan dulu blok yang kecil, lalu hujani dengan blok-blok lain menggunakan beberapa pesawat lain, begitu katanya.

Menurut saya ide tsb. cukup menarik dan tentu saja bisa dilakukan. Tapi sepertinya usaha ini akan mubazir alias tidak efektif, mengingat jika lubang tsb. diblok, maka aliran lumpur dari bawah yang memiliki tekanan cukup besar tsb. akan berusaha mencari zona lemah di sekitarnya, misalnya dengan membentuk rekahan2 baru untuk medium alirannya menuju ke permukaan. Begitu seterusnya jika dilakukan penutupan terhadap arah aliran lumpur. Saya sendiri juga bukan ahlinya dalam hal ini, jadi tidak bisa mengusulkan cara yang paling efektif untuk menghentikan aliran lumpur tsb.

Beberapa saran dari para ahli geologi Indonesia selama ini berkisar pada dua hal, yaitu:
(1) Membiarkan lumpur mengalir apa adanya sampai berhenti sendiri serta menampungnya dalam bentuk "waduk", dengan resiko kita harus rela melepaskan berhektar2 wilayah sebagai penampungan lumpur panas tsb. dan tentu saja harus merelokasi sejumlah desa/kecamatan.
(2) Mengalirkan lumpur tersebut ke laut melalui Sungai Porong, dengan resiko terganggu atau berubahnya ekosistem di sekitar sungai dan pantai yang akan dilalui lumpur panas tsb.

Saya lihat perkembangan terakhir, Pemerintah RI sepertinya lebih setuju dengan alternatif no. 2, tapi pembuangan lumpur ke laut dilewatkan melalui pipa yang akan dibangun oleh pihak Lapindo Brantas sepanjang sekitar 20 km. Dan sebelum dibuang ke laut, lumpur tsb. harus di-treatment terlebih dulu untuk mengurangi dampak negatif terhadap ekosistem laut.

Saya sendiri tidak terbayang betapa repotnya pihak Lapindo Brantas dalam hal ini. Mereka harus bertanggung jawab baik dari segi hukum maupun materi, padahal kasus "blow-out" semacam ini sudah umum terjadi pada kegiatan pemboran migas. Hanya saja kali ini mungkin Lapindo Brantas lagi sial, mengingat sumber blow-out tsb. ternyata berasal dari suatu formasi batuan mengandung mud volcano yang sangat tebal.

Thursday, August 17, 2006

Tentang Pemutih pada Kosmetik sampai Hg pada PETI

Pada umumnya bahan pemutih pada kosmetik misalnya bedak, whitening, dll. itu bahan dasar aslinya terbuat dari sejenis lempung tertentu seperti kaolin...Jadi ibu-ibu...mbak-mbak....tante-tante....juga istriku.....sebenarnya apa yang Anda pakai buat merias wajah tsb. aslinya berasal dari lempung termasuk bedak dan sejenisnya ;-)

Tapi katanya ada juga bahan kosmetik yang dicampur dengan air raksa atau Hg. Padahal Hg itu kan termasuk logam berat, sangat berbahaya bila terkontaminasi dengan makluk hidup apalagi manusia...bisa2 terkena penyakit Minamata. Eh..tahu nggak, ternyata ya...Minamata itu aslinya nama wilayahMinamoto di Jepang ini. Wilayah ini masuk satu perfecture dengan Kumamoto dimana aku tinggal sekarang, dari sini hanya sekitar 1.5 jam pake kendaraan. Daerahnya bagus dengan pantainya yang tenang.

Dulu memang penyakit Minamata itu awalnya terjadi di daerah ini, dimana sisa buangan industri yang mengandung Hg dibuang ke laut sehingga mengkontaminasi air laut, yang pada akhirnya Hg yang sulit terurai tsb. masuk ke dalam tubuh ikan. Karena ikan tsb. menjadi santapan sehari-hari penduduk Jepang di sekitarnya, sudah barang tentu Hg masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan gejala penyakit yang mengerikan dan dapat menimbulkan cacat bagi bayi yang dilahirkan dari seseorang yang terkontaminasi Hg.

Di Indonesia, kebanyakan PETI (Penambangan Tanpa Izin) emas itu dalam pengolahannya menggunakan Hg (air raksa). Proses ini dinamakan dengan "amalgamasi". Jadi batu-batuan yang mengandung emas (istilahnya bijih) pertama-tama dihancurkan melalui proses kominusi atau grinding sederhana sampai halus...lalu dimasukkan ke dalam alat yang disebut dengan istilah "gelondong" (semacam drum kecil) yang diputar-putar. Kalau di sungai biasanya mereka para penambang memanfaatkan arus sungai untuk memutar gelondong tsb., meski ada juga yang pakai motor diesel. Di dalam gelondong tsb. dimasukkan rumput2an dan air raksa. Tujuan digunakannya air raksa adalah untuk mengikat konsentrat emas, sehingga emas bisa terpisah dari berbagai mineral pengotor yang menyertainya. Gabungan antara emas dan air raksa tsb. yang telah terpisah dari mineral pengotor dinamakan dengan "amalgam".

Nah...untuk memisahkan emas dari amalgam, biasanya cara yang mudah adalah dengan membakarnya sehingga air raksa akan berubah dan menguap jadi gas (terbuang). Butiran emas yang terlepas dari ikatan dengan Hg tsb. dinamakan dengan "bullion". Sebenarnya bullion ini bukan emas murni 24 karat, tapi masih mengandung perak. Cara lain untuk memisahkan emas dari amalgam bisa juga direaksikan dengan asam nitrit. Tapi bagi penambang rakyat, cara yang paling mudah dan murah buat mereka tetap dengan pembakaran seperti yang saya ceritakan di atas. Tentu saja ini sangat berbahaya kalau asap Hg tsb. terhirup oleh orang2 di sekitarnya. Juga sisa2 batuan dari dalam gelondong yang bercampur dengan rumput2an dan Hg biasanya dibuang begitu saja di sungai dan sekitarnya.

Untuk itu Dinas Pertambangan daerah yang bekerja sama dengan Perguruan2 Tinggi terkait sebenarnya sudah sering melakukan sosialisasi penggunaan teknologi tepat guna yang aman dan ramah lingkungan. Tapi yo embuh....biasanya di awal2 mereka mau pakai (mematuhi), tapi pada akhirnya kok kembali lagi ke cara semula dengan berbagai alasan. Selain amalgamasi, cara lain untuk mendapatkan konsentrat emas adalah "sianidasi"...tapi proses ini biasanya jauh lebih mahal dan rumit, sehingga dirasakan kurang ekonomis oleh para penambang rakyat.