Thursday, June 01, 2006

Monitoring Aktivitas Gempa?

Ada seorang teman yang bertanya, apakah kejadian gempa bumi di Yogya pada tgl. 27 Mei 2006 lalu ada hubungannya dengan keberadaan sesar mendatar Muria-Kebumen yang menerus ke Pegunungan Meratus serta sesar Pamanukan-Cilacap yang menerus ke arah Sumatera. Secara lokal, gempa di Yogya kemarin seharusnya tidak ada hubungannya dengan sesar mendatar Muria-Kebumen maupun Pamanukan-Cilacap, mengingat mereka berada pada kondisi geologi lokal yang berbeda. Tapi kedua sesar tsb. juga harus diwaspadai keberadaan dan aktivitasnya.

Mengenai sesar Kali Opak sendiri yang diprediksi sebagai medium penjalaran gelombang gempa Yoyga agak riskan kalau sebelumnya dianggap sudah tidak aktif lagi, mengingat zona lemah tsb. diapit oleh dua "raksasa" yaitu (1) zona subduksi lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia di selatan dan (2) gunungapi teraktif di dunia "Merapi" di utara. Keduanya kapan saja bisa menjalarkan tenaga dasyatnya baik secara independena taupun bersamaan ke sepanjang zona lemah (sesar) tsb. Memang harus dilakukan studi dan monitoring yang detail dan terintegrasi untuk memastikan asal-usul gempa Yogya tsb. Dan hal ini tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit, apalagi kalau perlu sewa atau beli peralatan yang lebih canggih dari luar negeri.

Ada juga yang bilang bahwa daerah sekitar sesar Kali Opak kurang mendapatkan perhatian ilmiha mengingat daerah tsb. tidak mengandung potensi mineral dan migas. Namun sepengetahuan saya mengenai potensi mineral di Yogya....saya pernah baca tesis S2 dosen geologi UPN Veteran Yogya (yang saat itu S2 di ITB) yang membahas potensi emas epitermal di daerah selatanYogya. Namun karena potensinya kurang menarik, mungkin belum ada studi lanjutannya.

Kami sendiri di Laboratory of Applied Geosciences and Technology (LAGTEC), Universitas Kumamoto, cukup aktif memonitor aktivitas sesar Futagawa yang membelah wilayah Kumamoto di sisi timur. Sesar tsb. mungkin secara fisik juga tidak terlihat dari permukaan (seperti halnya sesar Kali Opak) karena telah tertimbun material2 vulkanik gunung Aso yang umurnya sudah ribuan tahun. Aktivitas gunung Aso (yang konon memiliki ukuran kaldera terbesar di dunia) dan juga tektonik lainnya dapat setiap saat menggeser2 sesarFutagawa tsb. Di sini kami memodelkan struktur sesar Futagawa dengan metode geofisika (MT atau magneto-telurric) dan melakukan investigasi kandungan gas radon dan radioaktif lain baik di permukaan (soil) maupun air tanah. Untuk mendukung struktur regionalnya, kami memanfaatkan analisis citra satelit (remote sensing). Penelitian tsb. sudah menghasilkan beberapa master dan doktor. Bahkan dalam waktu dekat, kami akan mempelajari perubahan morfologi dan distribusi thermal gunung Merapi dengan analisis citra satelit berdasarkan data yang terbaru. Semoga saja hasilnya nanti dapat berkontribusi dan menambah informasi kebumian di sekitar Merapi.

Kumamoto, 1 Juni 2006

Nur H.