Saturday, July 28, 2007

Prestasi Timnas Bola Irak dapat Mempersatukan Rakyatnya

Sebuah artikel dari Harian Pikiran Rakyat edisi 28 Juli 2007. Bola ternyata bisa menyatukan rakyat Irak yang telah lama bertikai. Indonesia harus selalu belajar dari semangat dan skill timnas bola Irak ini, dan sebaiknya terus mengasah skill tim PSSI agar bisa meraih prestasi yang mengharumkan nama bangsa dan juga selalu mempersatukan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
------------------------------------------------------------------
Asa dan Ketakutan Hantui Timnas Irak

BAGDAD, (PR).-Tim Irak kini menghadapi dilema saat akan menghadapi im Arab Saudi pada final Piala Asia 2007 di Jakarta, Minggu (29/7). Kondisi mereka bisa diumpamakan "Bagai buah simalakama, dimakan ibu mati, tak dimakan bapak mati".

Satu sisi, Irak berambisi menorehkan sejarah emas di pentas sepak bola internasional dengan berupaya merebut gelar juara Piala Asia untuk pertama kalinya. Dengan momentum tersebut, kaum Sunni, Syiah, dan Kurdi akan bersatu merayakan kemenangan tersebut. Saat semua kelompok bersatu, kedamaian --meski sesaat-- akan terwujud. Kedamaian adalah sesuatu yang sangat jarang ditemukan di tanah Mesopotamia tersebut.

Sisi lain, pesta perayaan kemenangan nanti bisa saja akan dimanfaatkan kembali oleh kaum pemberontak, seperti yang terjadi usai kemenangan pada partai semifinal, Rabu lalu. Dua bom mobil meledak di tengah kerumunan warga yang sedang meluapkan kegembiraan. Akibatnya, sedikitnya 50 orang tewas dan 126 lainnya luka-luka.

Meski begitu, beberapa pendukung fanatik bersiap menghadapi risiko bila terjadi kembali insiden pilu serupa di tengah kegembiraan. "Kami siap menantang maut dan mengibarkan bendera Irak di tiang tertinggi untuk menunjukkan pada pengebom dan politikus bahwa kami bersatu. Jika Irak merebut gelar juara Asia, kami akan merayakannya di jalanan meski ledakan demi ledakan membuat bumi yang kami pijak berguncang keras," kata seorang guru dari kelompok Syiah, Abdul-Hussein Khazal Obeid (28).

Namun, beberapa warga juga merasa waswas akan terulangnya kembali insiden bom mobil. "Jika kami memenangi pertandingan pada hari Minggu nanti, saya dan beberapa teman akan berdiam diri di rumah untuk merayakannya. Apa yang terjadi di Bagdad harus kami jadikan pelajaran. Mereka yang turun ke jalan tidak membawa identitas kelompok mereka, namun mereka adalah warga Irak," kata atlet amatir bersuku Turkoman, Mateen Omar Khorsheed.

Dari rumah tinggalnya di utara Kirkuk, ia mewanti-wanti, "Hal itu justru memicu pemberontak yang mencari kerumunan untuk membunuh warga Irak dan melenyapkan senyuman dari wajah mereka."

Sejak pasukan Amerika Serikat menginvasi Irak pada bulan Maret 2003, negeri itu beralih menjadi ladang kerusuhan bersenjata antarfaksi yang bersinggungan. Kaum sektarian diserang kelompok ekstrem seperti afiliasi Irak dan Al-Qaeda yang membuat kubu Sunni bertikai dengan kubu Syiah, Arab, dan Kurdi.

Irak memang harus menaklukkan Arab Saudi terlebih dahulu sebelum mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di Asia. Namun, meski gagal berpesta di Senayan dan kedamaian urung tercipta, segerombolan "Singa Mesopotamia" telah menjadi pahlawan di hati warga Irak.
Kemenangan Irak pada partai "empat besar" itu merupakan kemenangan yang jarang diraih, dan saat mereka kembali ke negaranya, timnas Irak menjadi pahlawan bangsa.

"Para pemain timnas sepak bola Irak membuat sesuatu yang politikus gagal perbuat, yaitu mempersatukan Irak dari Zakho sampai Basra! Kemenangan di semifinal menjadi momentum kebahagiaan pertama kalinya di Irak, dari ujung utara hingga ujung selatan, terlepas dari kelompok mereka yang berbeda, baik Syiah, Sunni, Kurdi, maupun Nasrani," kata seorang profesor Universitas Basra, Mohamed Al-Bajari. (AFP/A-159)***
------------------------------------------------------------------

0 Comments:

Post a Comment

<< Home