Thursday, November 16, 2006

Diskusi tentang Sumberdaya Energi Masa Depan

Berdiskusi masalah energi tidak akan pernah ada habisnya karena sumberdaya energi merupakan kebutuhan pokok manusia di negara manapun. Sebagai contoh negara Jepang adalah salah satu negara yang paling peduli dengan masalah energi. Negara ini selalu mengedepankan sumberdaya energi untuk kelangsungan dan kesejahteraan hidup rakyatnya, selain itu juga fokus terhadap sumberdaya air dan makanan. Jadi intinya yang harus selalu diperhatikan untuk kelangsungan hidup rakyat ada 3 hal, yaitu: energi, air, dan makanan. Kalau ketiga2nya tersedia secara cukup Insya Allah rakyat masih bisa melangsungkan kehidupannya.

Seperti diketahui bersama bahwa sumberdaya energi utama yaitu migas saat ini sudah mulai surut keberadaannya karena tidak bisa diperbaharui, sehingga perlu disiapkan sumberdaya energi alternatif misalnya batubara, panas bumi, dan nuklir. Menurut saya, batubara merupakan sumber energi alternatif yang patut diandalkan di Indonesia mengingat potensi batubara di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya masih sangat besar. Data pada th. 1999 menunjukkan cadangan terbukti batubara di Indonesia 5,37 milyar ton, dengan tingkat produksi total dari th. 1999-2002 berkisar antara 70-90 juta ton per tahun. Tapi masalahnya adalah sekitar 60% dari cadangan batubara tsb. memiliki 'rank' yang rendah yaitu jenis lignite, dimana kadar airnya tinggi dan nilai kalorinya rendah. Sebenarnya sudah ada teknologi yang awalnya dirintis di negara Jepang untuk meningkatkan rank batubara tsb. tapi untuk skala besar sepertinya masih belum ekonomis.

Penggunaan batubara sebagai sumber bahan bakar selama ini memang banyak dikeluhkan menimbulkan dampak atau polusi terhadap lingkungan. Tapi sebenarnya efek terhadap lingkungan mestinya bisa diatasi dengan teknologi filtering, dll. Sebagai contoh PLTU Suralaya yang memasok sebagian besar energi listrik se-Jawa Bali dan menggunakan bahan baku batubara tsb. sudah menerapkan teknologi yang ramah lingkungan.

Alternatif lain adalah panas bumi. Indonesia sebenarnya juga kaya dengan sumber panas bumi, tapi sampai saat ini kuantitas listrik yang dihasilkan dari beberapa sumber panas bumi seperti Kamojang, Gunung Salak, dll. masih kurang signifikan. Alternatif terakhir yang masih dipandang pesimis oleh masyarakat Indonesia adalah energi nuklir. Calon wilayah didirikannya PLTN yaitu di daerah Semenanjung Muria, tepatnya di Ujung genting Jepara sudah sejak tahun 80-an diteliti kelayakannya. Akhir2 ini tampaknya sudah bertekad untuk mewujudkan impian tsb., walaupun masih banyakpihak2 yang merasa pesimis bahwa kita akan mampu mengelola PLTN dengan baik. Ada yang bilang bahwa mengurus semburan lumpur di Porong Sidoarjo saja kita keteteran, apalagi kalau misalnya ada kebocoran reaktor nuklir.

Bahkan penyanyi kondang Iwan Fals sebagai pernah mengancam akan berhenti menyanyi kalau Indonesia jadi mendirikan PLTN. Kalau sudah begini bisa ditebak reaksi yang akan dilakukan oleh para penggemar Iwan Fals. Daerah Semenanjung Muria sendiri sendiri secara geologi dianggap paling stabil diantara daerah2 lain di Indonesia, mengingat jauh dari jalur tektonik. Tapi juga ada alasan lain selain itu mestinya, misalnya tentang faktor aksesibilitas, infrastruktur, dll. Terus terang saya sendiri juga ada rasa kuatir dengan keberadaan PLTN di sana. Bukannya tidak percaya dengan kemampuan para ahli Indonesia, tetapi mengingat keluarga besar saya tinggalnya di sekitar daerah Muria situ juga... :-)


Kumamoto, 16 November 2006

Nur H.

Friday, November 03, 2006

Tanda Mata dari Jepang: Hikari kun


Pada tanggal 13 Juni 2006, jam 08.23 pagi tepatnya di rumah sakit bersalin Sanin, Kota Kumamoto, Jepang, lahirlah buah cinta kami yang ke-3, seorang bayi laki-laki montok nan lucu dengan berat 3.34 kg dan panjang badan 51.5 cm. Kami sepakat memberinya nama: Muhammad Hikari Tanwirul Fikri (Hikari kun), dengan harapan kelak anak kami tersebut menjadi manusia yang pikirannya selalu mulia dan cerah atau brilian. Sebenarnya selama tinggal di Jepang, sekitar bulan Juni 2005 istri sempat hamil 2 bulan waktu itu. Tapi karena janin yang ada dalam perut istri dianggap dokter tidak berkembang lagi alias sudah meninggal, maka diputuskan untuk dilakukan aborsi demi keselamatan dan kesehatan istri. Alhamdulillah sekitar 5 bulan setelah itu istri hamil lagi sampai lahirlah si kecil Hikari ini.

Sebenarnya nama Hikari (istilah bahasa Jepang) yang artinya cahaya atau sinar diusulkan oleh tetangga sebelah kami (obachan atau nenek) yang baik hati, mengingat kami sekeluarga sudah dianggap keluarga sendiri oleh dia. Sehingga Hikari kun dan anak2 kami juga sudah dianggapnya sebagai cucu sendiri. Lebih dari 1.5 tahun tinggal di Jepang, anak2 kami yang no. 1 dan 2 yaitu Riza kun dan Dela chan sudah sangat akrab dengan obachan yang bernama Teshima-san ini. Mereka berdua juga sudah menganggap obachan ini sebagai neneknya sendiri karena saking dekatnya. Orangnya memang sangat baik, begitu juga dengan suaminya (ojichan atau kakek) yang bernama Tsutomu-san. Mereka kebetulan tidak punya anak sejak menikah, karena ada suatu kelainan pada obachan yang mengakibatkan rahimnya diangkat. Andai saja mereka punya anak, barangkali anak pertama mereka seumur dengan saya atau istri saya, begitu katanya.

Nama Hikari yang artinya cahaya ini sebenarnya cocok juga dengan nama ayahnya yaitu Nur (bahasa Arab) yang artinya juga cahaya, maka dari itu kami sepakat saja memakai istilah tsb. Sekaligus sebagai pertanda bahwa anak ke-3 kami tsb. merupakan oleh-oleh atau tanda mata dari Jepang. Foto diatas diambil memakai kamera handphone Sony Ericsson tepat pada saat Hikari kun berumur 2 bulan. Semoga Hikari kun menjadi anak yang sehat, sholeh, berbakti pada kedua orang tuanya, serta berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Amiin.


Kumamoto, 3 November 2006

Nur H.