Thursday, March 15, 2007

In Memoriam Prof. Totok Darijanto


Hari Ahad, tanggal 18 Desember 2005, kami segenap sivitas akademik Departemen Teknik Pertambangan ITB berduka cita. Salah seorang keluarga, bapak, sahabat, dan kakak kami yang selalu ceria dan sering menjadi obat di kala duka telah meninggalkan kami untuk selamanya, Prof. Totok Darijanto.

Seorang pejuang sejati dalam dunia eksplorasi tambang yang lahir pada tanggal 18 Mei 1953 ini telah lebih dari 25 tahun mengabdi menjadi seorang guru yang selalu meninggalkan kenangan manis di setiap orang yang kenal dengan beliau. 1972, ITB telah menerima seorang mahasiswa yang kelak akan menjadi salah seorang pejuang yang ikut membawa nama harum ITB. Sebuah kebanggaan besar bagi kami semua pernah mengenal pribadi beliau dan pernah menyebut nama kami semua saat bertemu sapa.

Seorang yang haus akan ilmu yang selalu meningkatkan kemampuan dirinya yang dibuktikannya dengan menyelesaikan pendidikan doktornya di Bidang Mineralogi, Doktor der Naturwissenschaften (Dr.rer.nat), Rheinisch Westfaellische Technische Hochschule Aachen, Jerman, 1986. Tidak berhenti di situ saja, berbagai penelitian dan publikasi yang lahir dari ide dan pemikiran ilmiah telah beliau sajikan dengan ikhlas untuk bangsa dan negara. Hingga akhir hayatnya tercatat lebih dari empat puluh penelitian dan publikasi yang telah beliau lakukan (lihat daftar penelitian dan publikasi). Dedikasi terhadap profesinya telah mengantarkan beliau untuk memperoleh jabatan sebagai Guru Besar Teknik Pertambangan pada tanggal 1 Juni 2005.

Seorang tokoh yang banyak dikenal masyarakat luas ini banyak mencurahkan waktu, pemikiran, dan tenaga sebagai wujud pengabdian beliau kepada masyarakat. Berbagai macam penelitian kerjasama yang beliau kerjakan membawa peningkatan kualitas bukan hanya bagi dunia pendidikan, tetapi juga dunia swasta, pemerintah, dan masyarakat umum merasakannya. Tercatat lebih dari seratus kegiatan pengabdian masyarakat yang telah beliau ikuti. Kontribusi beliau tidak hanya bagi dunia pertambangan melainkan juga dapat dirasakan oleh bidang lain antara lain material science, lingkungan hidup, dan bidang sosial-ekonomi. Wangi harum nama beliau tercium jauh hampir ke seluruh pelosok nusantara.

Seorang mahaguru yang disegani tapi bukan ditakuti yang penuh dengan dedikasi untuk membuat pintar dan mendorong mahasiswa untuk selalu kreatif. “Saya lebih suka mahasiswa kreatif daripada yang pintar,” begitu mahasiswa pernah mendengar dari ucapan beliau. Senyum khas selalu keluar dari bibirnya sebagai pembuka di setiap kelas akan dimulai. “Kemana si A, kok tidak datang?” hampir selalu keluar ketika beliau merasa ada seorang mahasiswanya yang tidak hadir di kelasnya. Dedikasi beliau dalam pengajaran menjadikan beliau seorang dosen teladan se-ITB pada tahun 1988. Nama beliau terukir indah di banyak tugas akhir, tesis, dan disertasi sebagai penghormatan atas bimbingan dan perhatian beliau.

Selasa pagi tanggal 13 Desember 2005 pukul 09.00 beliau mengawali kuliah Geostatistik di ruang 9214 GKU Timur seperti biasanya. Tidak dirasakan olehnya atau mungkin sengaja tidak dihiraukannya rasa sakit pada hari itu. Semangat beliau untuk terus memberikan perkuliahan saat itu dapat terbaca oleh setiap mahasiswa di kelas. Saat itu, keluarga, sahabat, pejuang, tokoh, dan mahaguru kami jatuh di depan kelas menahan rasa sakit hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Beliau dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan intensif. Duka yang mendalam, rasa cemas, dan kekagetan terpancar dari setiap wajah orang yang menjenguk beliau. Enam hari beliau berjuang melawan stroke walaupun secara fisik dari sudut pandang medis sudah tidak mungkin untuk bertahan. Ratusan orang berusaha terus mendampingi beliau di saat-saat kritis, ratusan dan mungkin ribuan SMS bergantian menanyakan kondisi beliau. Hingga akhirnya hari Ahad, 18 Desember 2005, pukul 23.45 beliau dipanggil ke haribaan Allah SWT.

Semua dari berbagai kalangan menundukkan kepala, memberikan penghormatan terakhir seraya mengiringi dengan doa, semoga almarhum dapat diterima di sisi Allah SWT sebagai seorang syuhada. Dapat terbaca pada hari itu hampir setiap orang ingin ikut menggotong jenazah beliau hingga ke pemakaman sebagai wujud rasa terima kasih terakhir atas semua budi baik beliau yang patut diteladani. Hari itu langit teduh seolah-olah ikut memayungi prosesi pemakaman beliau di Pemakaman Keluarga ITB Cibarunai, Sarijadi, Bandung.

Semoga Allah SWT mengampuni semua dosanya, menyinari dan melapangkan kuburnya, membalas semua amal kebaikannya termasuk amal jariyyah atas ilmu-ilmu yang telah beliau sebarkan melalui murid-muridnya. Ya Allah, terimalah beliau di sisi-Mu yang paling mulia….. amin....

Selamat jalan pahlawan kami…… semoga kami bisa meneruskan cita-cita muliamu.

Bandung, 19 Desember 2005

0 Comments:

Post a Comment

<< Home