Wednesday, May 31, 2006

Energi Gempa?


Prediksi kegempaan dan bencana alam lainnya sejauh ini sebagian besar masih di atas paper, belum pernah disosialisasikan dengan baik dan gamblang kemasyarakat Indonesia yang sangat heterogen latar belakang budaya dan pendidikannya. Untuk prediksi gempa selama ini belum ada teknologi yang cukup presisi guna meramal terjadinya gempa dalam hitungan hari. Pemasangan GPS hanya dapat mempelajari kisaran pergerakan batuan yang aktif(sesar/patahan), penempatan seismograf hanya untuk mendeteksi besaran gelombang yang ditimbulkan oleh pergerakan tsb. Kemudian ada lagi investigasi gas radon dan radioktif yang lain pada air tanah...dimana kecenderungan kandungan gas tsb. akan tinggi mengikuti besaran pergerakan batuan yang aktif tsb. Ada juga yang menggunakan metode fraktal untuk memodelkan pola kegempaan secara periodik, dll.

Mungkin yang terpenting dalam prediksi kegempaan menurut saya adalah akumulasi energi yang menyebabkan batuan tsb. patah dan bergeser karena sudah melampau titik kritis kekuatan batuan atau dengan kata lain batuan sudah tidak mampu menahan beban yang diterimanya. Sehingga efeknya akan menimbulkan gelombang seismik yang sangat besar yang mampu menggoyang dan mengguncang apa saja yang ada di atas permukaan bumi. Geometri tiap2 batuan yang aktif (di sekitar zona patahan) dapat dimodelkan dan dikuantifikasi, kemudian juga dapat disimulasikan untuk tiap2 daerah yang rawan gempa tsb. berapa energi yang dibutuhkan untuk mematahkan batuan.

Andai saja energi (yang konon berkaitan dengan gejala elektromagnetik) ini dapat diukur di lapangan secara periodik, mungkin kita bisa memprediksi hari "H"terjadinya gempa (yang besar). Ide gila setelah energi tsb. dapat dikuantifikasi adalah.....mengkonversinya menjadi energi yang bisa dimanfaatkan untuk hajat hidup orang banyak. Siapa tahu di masa mendatang energi gempa dapat dimanfaatkan untuk membangkitkan tenaga listrik. Negara Indonesia memang telah dikaruniai kekayaan alam yang tak ternilai oleh Allah SWT., termasuk kekayaan rawan bencana. Sebagai makhluk Allah yang diberikan akal pikiran, sudah menjadi tugas kita selama masih mampu, terutama untuk mengkonversikan bencana alam (disaster) menjadi sesuatu yang bermanfaat dan bukan sesuatu yang merugikan. Wallahu'alam.

Kumamoto, 31 Mei 2006


Nur Heriawan

0 Comments:

Post a Comment

<< Home